Seperti yang pernah kita bahas beberapa waktu yang lalu, usaha service HP memang cukup marak dan menggiurkan, apalagi masyarakat Indonesia yang konsumtif dan Indonesia termasuk target pasar vendor- vendor ponsel dunia. Maka sangat layak profesi ini untuk ditekuni sebagai salah satu mata pencaharian.
Namun ada satu hal yang perlu diingat, yakni ilmu terus berkembang, dan bertambah banyaknya jenis serta merk ponsel baru yang bermunculan, mengharuskan para profesi di bidang ini untuk selalu belajar dan meningkatkan ilmunya. Tidak ada yang paling pintar dan menguasai semuanya, untuk itulah kita saling berbagi dan mengisi kekurangan agar profesi ini terus berjalan dan dipercaya masyarakat.
Bagaimanapun 70 persen masyarakat kita adalah kelas menengah ke bawah, sehingga pilihan untuk memperbaiki jauh lebih besar ketimbang membeli lagi. Namun bagaimana jadinya jika tidak ada teknisi yang dapat di andalkan baik itu dalam hal keahliannya, maupun kejujurannya. Sehingga bukan tidak mungkin masyarakat menjadi enggan untuk memperbaiki sehingga timbul prinsip biar saja rusak dibuang saja atau disimpan, nanti beli lagi dari pada tertipu?? siapa yang rugi?? saya yakin kita juga yang termasuk teknisi ponsel menengah kebawah (dalam hal kekuatan modal usaha) mengapa saya kelompokkan demikian? karena teknisi ponsel yang memiliki keterbatasan dana sudah dapat di tebak hanya menjual voucer dan aksesoris di konternya di tambah dengan beberapa ponsel second mungkin. Kalau masyarakat tidak lagi service hp nya?apa bisa untung dan bisa makan dengan jual voucer saja dan aksesoris? belum lagi kalo kedainya ngontrak...he2.......
Jadi marilah kita hormati profesi ini, berbuat yang terbaik agar pelanggan puas. Jangan hanya mengejar untung dan mengenyampingkan etika profesi, menjatuhkan sesama, dlsb. Tunjukkan kemampuan dan berikan pelayanan terbaik biarkan konsumen atau masyarakat yang menilai kepada siapa dia mempercayakan ponsel kesayangannya untuk di perbaiki.
Namun ada satu hal yang perlu diingat, yakni ilmu terus berkembang, dan bertambah banyaknya jenis serta merk ponsel baru yang bermunculan, mengharuskan para profesi di bidang ini untuk selalu belajar dan meningkatkan ilmunya. Tidak ada yang paling pintar dan menguasai semuanya, untuk itulah kita saling berbagi dan mengisi kekurangan agar profesi ini terus berjalan dan dipercaya masyarakat.
Bagaimanapun 70 persen masyarakat kita adalah kelas menengah ke bawah, sehingga pilihan untuk memperbaiki jauh lebih besar ketimbang membeli lagi. Namun bagaimana jadinya jika tidak ada teknisi yang dapat di andalkan baik itu dalam hal keahliannya, maupun kejujurannya. Sehingga bukan tidak mungkin masyarakat menjadi enggan untuk memperbaiki sehingga timbul prinsip biar saja rusak dibuang saja atau disimpan, nanti beli lagi dari pada tertipu?? siapa yang rugi?? saya yakin kita juga yang termasuk teknisi ponsel menengah kebawah (dalam hal kekuatan modal usaha) mengapa saya kelompokkan demikian? karena teknisi ponsel yang memiliki keterbatasan dana sudah dapat di tebak hanya menjual voucer dan aksesoris di konternya di tambah dengan beberapa ponsel second mungkin. Kalau masyarakat tidak lagi service hp nya?apa bisa untung dan bisa makan dengan jual voucer saja dan aksesoris? belum lagi kalo kedainya ngontrak...he2.......
Jadi marilah kita hormati profesi ini, berbuat yang terbaik agar pelanggan puas. Jangan hanya mengejar untung dan mengenyampingkan etika profesi, menjatuhkan sesama, dlsb. Tunjukkan kemampuan dan berikan pelayanan terbaik biarkan konsumen atau masyarakat yang menilai kepada siapa dia mempercayakan ponsel kesayangannya untuk di perbaiki.
1 Comments
ok Insya Allah rejeki biar Allah yang ngatur,mas
ReplyDeleteInformasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).